RISALAH SRI SUSUHUNAN MAGELANG HADININGRAT
KEPADA
JAMAAH TILAWAH
Alhamdulillah al qoil “ kullu nafsin bima kasabat rohinah”...wa qola aydlon “ alladi kholaqo al mawta wa al khayata liyabluwakum ayyukum ahsanu a’mala”. Sholawatuhu linabiiyi al kirom, wa salamuhu aydlon lahu saw. Wa alihi ashabihi ajmai’n...wa ba’d
ngin rasanya melihat diri menjadi tenteram, tenang tiada beban. Menjadi tambah iri jika melihat kelebatan anak kecil, bebas mengekspresikan nurani mereka, terlepas dari beban pikiran dan penatnya hati. Sering terbersit dibenak, hmm..ya itulah suratan, suatu saat anak –anak itu juga akan mengalami hal seperti kita. Tidaklah perlu disesalkan, yang terbaik adalah bagaimana menyikapinya dengan arif, bijak tanpa ada rasa keluh kesah. Ya, optimis dan optimis untuk mewujudkan target itu, menjadi seorang hamba Alloh yang betul- betul mengetahui dan menjadikan diri sebagai hamba yang bersipat hamba, sebagai hamba yang tahu kedudukannya sebagai hamba, sebagai hamba yang tidak pongah akan predikat kehambaannya, bahkan mencoba mengajak lingkungan tentunya setelah mengajak diri mengerti arti makna kehambaan.
Apa saja predikat kita dalam masyarakat, sejatinyalah hanya hamba. Tiada yang lebih dimuliakan, namun sangat prihatin sekali kadang kita sendiri merasa harus diperlakukan selayaknya tuan, dimana kita seharusnya sebagai figure pelayan malah menempatkan diri sebagai posisi yang tidaklah pantas. Kadang kita menggerutu dengan apa yang diberikanNya kepada kita, atau bahkan sering mengkufuri pemberianNya dengan perkataan yang tidaklah pantas terucap dari mulut seorang hamba. Ketahuilah ikhwah, bahwa kita dititahkan di dunia adalah untuk menempuh uji dan cobanya dan menyikapinya sebagai nilai ibadah, segala peluh akan terasa nikmat jika kita lewati dengan ikhlas dan penuh harap atasNya. Keringat yang menetes dari tubuh akan menjadi saksi kelak, bagaimana usaha dan usaha kita mencapai ridloNya, sehingga dalam segala kegiatan apapun akan bisa menghasilkan nilai yang akhirnya mampu mengangkat derajat kehambaan yang pandai bersikap, pandai bersyukur, pandai memanfaatkan dan menempatkan nikmaNya pada tempat yang layak. Ikhwah, dalam asasnya kita telah digariskan untuk bekerja berusaha memperoleh hasil untuk diri kita, seorang muslim dituntunkan mencari dan mencari, berusaha dan berusaha guna mencapai citanya. Bukan dengan berpangku tangan menunggu datangnya bagian, atau malah seenaknya menggunakan hasil usaha orang lain dengan tanpa usaha, atau malah menyerobotnya tanpa adat kesopanan. Demi Alloh, AL qur an berkata
“ Kullu nafsin bima kasabat rohinah”
..tiap- tiap nafs/ orang/badan itu atas apa yang ia gadai/ usahakan’....
ayat ini memberi gqambaran bahwa kita harus melakukan usaha, usaha untuk pencapaian cita kita, khususnya dalam pencapaian akhlak dan hasil yang akan kita petik kelak kemudian hari, apatah lagi hasil yang akan kita nikmati jauuh kedepan, yakni untuk masa depan dan investasi akhirat nanti.
Investasi, kata itu yang harus dipompakan kedalam jantung sanubari kita. Investasi, energi positif yang kita keluarkan, InsyaAlloh akan menjadi tabungan investasi kelak kita. Lalu dikaitkan dengan landasan yang pokok, yaitu ikhlas lillahi Ta’ala tiadalah tendensi duniawi semata sebagai pengontrol, namun jiwa iman islam menjadi motornya. Bergerak arif dan sigap dalam mempersiapkan diri menuju masa depan yang pasti.
Kita persiapkan diri menjadi seorang muslim yang amil, artinya senantiasa memberikan daya upaya untuk kesejahteraan Islam, minimal bagi islam dirinya sendiri, umumnya bagi islam secara luas. Hingga nantinya mampu memberikan aroma yang mendorong semerbaknya wewangian ruhiyah islamiyah dalam tiap jiwa sekitar kita, subhanalloh, figure seperti ini yang dikatakan oleh hadist” khoiru an nas, anfa’uhum linnas”..sebaik- baik manusia adalah ia yang mempunyai andil manfaat bagi manusia lain. Artinya mampu memberikan kontribusi keimanan bagi setiap anggota masyarakat muslim, mampu memberikan kekokohan kepada pondasi diniyah tiap- tiap muslim, bahkan mampu mewarnai jiwa tiap- tiap muslim sekitar kita dengan hiasan yang sungguh mengundang dan menarik mardlotillah....wahh figure ini tidak lain adalah uswah tambatan sanubari kita, Rasul saw...beserta sahabat beliau...bagaimana? optimis untuk bisa meniru mereka....majuu pantang munduur...say...”We believe our selfs”..........Qul “ Amanna anfusana”...percaya atas diri dan kemampuan menuju ketaatan sejati, songsong cinta ilahy..mariii..bareng- bareng friends...ikhwah,...
Wajarlah tiap manusia lemah seperti kita bergelimang dosa, wajarlah manusia biasa seperti kita beraroma ma’ashy, namun adalah sangat tidak wajar jika kita tiada mendekatiNya, memohon belas ampunNya, menangis meratap atas dosa kita di hadapanNya memohon maghfirohNya, mengharap belas kasihNya. Jikalau ada orang yang tidak demikian, maka ialah si congkak, si pongah, bagaimana ia akan menghadap Alloh kelak dengan wajah ceria, sedang di dunia saja tiadalah ia menebar suka dan senyum kepada saudaranya, sedang di dunia saja ia enggan menerima tetesan air hidayah yang terus menghujam batu hatinya. Maka orang seperti ini dicap oleh Al Qur’an “Qosat Qulubuhum”....telah mengeraslah hati- hati mereka. Adalah bisa terpecahkan andai batu yang senantiasa diteteskan air diatasnya dengan mudawamah/ istiqomah. Namun, jikalau hati yang telah menjadi qosat/ kesat, maka hidayahpun tiada ia pedulikan. Inilah cap bagi mereka dengan title “ Qirodatan khosiin”..kera yang nista. Tahukah ikhwah tentang kera yang hina sebagai telah ditulis dalam Al Qur’an??menurut ahlu tafsir, yang masyhur adalah wajar jika seekor kera bertingkah sebagai kera, maka tidaklah ia hina, karena memang kodratnya sebagai kera bertingkah seperti itu. Namun, bagaimana jadinya jika seorang manusia dengan bentuk dan wujud umum manusia, namun tingkahnya laksana kera saja, maka ia akan lebih hina daripada kera “ ulaaika kal an’ami bal hum adlollu”..merekalah itu laksana hewan, bahkan jauh lebih sesat. Sebagai kita teladani, seorang Rasul yang termulia sajalah ia mengatakan dalam hadist, bahwa sehari ia meminimalkan pertobatan dan permohonan ampunnya kepada Alloh swt, dengan perkiraan hitungan 70 kali, justru ia adalah orang yang ma’shum dan terjamin baginya surga. Lalu apa hendak kita buat jika kita tidak meneladani sipat dan sikap beliau saw itu???Dialah contoh dalam segala lini hidup,
“laqod kana lakum fi rosulillahi uswatun hasanah liman kana yarjulloha wal yawmal akhiro wa dzakarolloha katsiron”.
Teladan hidup yang tiada akan tersalahkan selama- lamanya bagi kita saja yang mengharap ridlo dan belas Alloh, yang beriman kepada hari akhir dan pembalasan, dan senantiasa ingat dalam segala tingkah akan diawasi dan diperhitungkan kelak.
Penulis berlindung atas segala kemurkaan ALloh dan ketidak sesuaian dengan yang telah ane tulis disini. Amieen
Walhamdulillah
Sri_susuhunan_six_eat
Kasuhunan Magelang Hadiningrat
Bersemangatlah ikhwah tilawah....songsong masa depan dengan ruh tilawah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar