Minggu, 27 November 2016

hati

 RISALAH SRI SUSUHUNAN MAGELANG HADININGRAT

KEPADA

JAMAAH TILAWAH

BISMILLAH

Bismillah tawakkalna a’lalloh

Ahmaduhu hamdan katsiron kama amar

Allohumma solli wa sallim wa barik a’la sayyidina wa mawlana wa habibina wa qurroti a’yunina, Muhammadin wa alihi wa ashabihi ajma’in. kama shollayta wa sallamta wa barokta a’la ibrohima wa alihi , fi al a’lamina innaka hamidun majidun. Wa ba’d

Sebelumnya ane memohon perlindungan kepada Alloh dari segala perkataan yang tak dapat teramalkan. Amiien

Serta memohon perlindungan dari segala goda dan gangguan / kejelekan dari mahluk Nya. Amiien

D Caps.alam sebuah sebuah hadist dikatakan

“ laysa al ghina an katsroti al urudl, wa lakin al ghina ghinna annafs”,

artinya tidak lah seorang yang kaya itu dikarenakan oleh hartanya yang banyak, tapi disebut orang kaya karena kaya hati”.

Ikhwah tilawah, demikian sebetulnya telah jelas pada kita nabi memberikan gambaran, dimana seorang yang bahagia tiadalah diukur dengan materi duniawi semata, namun adalah karena isi dan model managemen hatinya. Bagaimana ia memperlakukan hatinya, bagaimana ia mengolah hatinya, bagaimana ia memperlakukan hatinya, apakah ia cenderung memberikan tempat yang proporsional bagi hatinya untuk senantiasa diisi dengan keinginan dan asa yang dapat menghadirkan ridlo dan keberkahan Alloh. Ataukah hatinya itu senantiasa diliputi dengan perasaan dan keinginan yang kurang pas menurut syariat. Pikiran diliputi keinginan dan kemakmuran duniawi semata. Sehingga akhirnya melupakan hal pokok yang menjadi modal kita nanti untuk dipertanggungjawabkan di hadapanNya, yaitu taqwa berbasic ilmu yang haq.

Ingatkah ikhwah dengan pesan Alloh ??

” fatazawwaduu, fa innaa khoiro azzadi attaqwa”.

.maka berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik2 bekal adalah taqwa. Tentunya telah masyhur dalam benak kita apa arti taqwa, yang dulu juga pernah ane sampaikan melalui artikel2 , baiknya kali ini tiadalah ane ulang kembali. Intinya bahwa taqwa adalah sebuah konsekuensi seorang muslim, dimana hakikat muslim adalah penetapan terhadap hadist

“ ma atakumurrasul fakhudzuhu wa ma nahaytukum anhu fantahuu!!”…

apa yang telah datang/ diperintahkan atas rasul maka kerjakanlah dan apa yang dilarangnya maka cegahlah olehmu sekalian”….dengan kata lain

“sam’an wa thoatan fii awamirillah wa rasulihi”….

etika menerima dan menjalankan apa2 yang diperintah Alloh dan rasul. Yang apabila kita laksanakan maka itulah yang disebut dengan ibadah.

Namun, kita perlu sadari ikhwah bahwa dalam pelaksanaan ibadah ini juga perlu dibekali dengan kesahihan ilmu, tentu pula tiada dengan sendirinya ilmu itu datang pada kita. Ada satu proses pencarian ilmu sebagai landasan kita beribadah, proses ini sering disebut dengan istilah ta’allum. Maka dalam suatu kitab ta’lim dikatakan ada beberapa syarat seseorang itu agar dapat beroleh ilmu, antara lain kecerdasan, semangat, dengan pengorbanan baik biaya waktu dan tenaga dsb, dengan adanya guru pembimbing, perlu waktu lama, sehingga harus sabar. Kesemua syarat itu telah lebih dahulu ane urai dalam sebuah artikel, adapun jika antum belum sempat mengkajinya atau memperoleh artikel uraian syarat2 tsb dapat menghubungi ikhwah yang telah memperolehnya atau langsung kepada ane.

Taa’llum sebagai sarana pencarian ilmu dalam pelaksanaan ibadah, merupakan sebuah proses yang harus dilalui oleh seorang muslim dengan maqom kasab (sebuah derajat seorang hamba yang hanya akan memperoleh segala sesuatu apabila ia mau berusaha, tentunya dengan kehendak Alloh swt). Banyak sarana yang tersedia, khususnya pada jaman modern seperti sekarang ini, ma’had baik itu kholapiyah ataupun salapiyah (modern ataupun konvensional). Tinggal bagaimana semangat keberagamaan kita, inginkah kita sempurna dalam beribadah, atau saenake dewe (seenaknya sendiri). Seorang mutaallimin (pencari ilmu), tentunya akan merasakan berbagai ujian dalam proses mendapatkan ilmu tsb. Dikatakan

“ al ilmu awwaluhu murrun madzaqotuhu, walakin akhorohu ahla min al a’sali”.

.ilmu itu mula2 nya pahit, namun akhirnya lebih manis dari pada madu”.Hal itu sungguh sangat wajar, sebagai contoh dalam kenyataan banyak sekali, dimulai dengan adanya rasa jenuh, rasa malas, kurang semangat, dengan alasan ini itu,,,katanya sudah terlalu banyak kegiatan yang menyita waktu dsb. Tentunya hal ini perlu disikapi secara baik, dimana hakikat keberhasilan seorang mutaallim adalah apabila ia mampu menundukkan kecendurungan hati yang mengajak kepada keelokan sesaat, dan sudah barang tentu lingkungan juga sangat berpengaruh, coba saja antum berada dalam sebuah lingkungan lokalisasi, atau apa laah…missal seperti dihutan, tentu sulit menemukan ketenangan apalagi masa di hutan adakah pondok pesantren?…ntar yang ngajar ustad tarzann…., makanya sangat perlu memilah dan memilih sahabat bergaul, tentunya bukan bermaksud untuk pilih2 teman, hanya ane katakan sahabat dalam tanda kutip demi kesuburan semangat berislam yang baik. Alhamdulillah kita telah istiqomah dalam sebuah majlis, walau hanya lewat temu maya dunia chating, namun semoga dengan sarana ini kita mampu menciptakan pergaulan maya yang baik, ane kira banyak yang kita dapat dari perjumpaan kita mulai awal hingga hari ini. Kita bertambah saudara, bertambah wawasan, dsb. Tentunya dengan tanpa mengabaikan jadwal rutin yaitu mengerjakan segala tugas2 kantor, naah selebihnya daripada waktu nganggur…dimanfaatkan untuk saling silaturahim bertegur sapa satu dan lain saudara di tilawah. Walau Cuma sedikit ahlu bayt nya, namun yang diperlukan adalah keistiqomahan dalam bidang transfer ilmu syariat, bukan mementingkan jumlah user namun pembicaraannnya sungguh miris jika diperhatikan, coba antum perhatikan di room yang selama ini ane sesalkan untuk melihatnya, diakibatkan isi dan bobot pembicaraannya hanya mengumbar lisan yang pada dasarnya juga tak pantas untuk dilontarkan oleh lisan seorang muslim sejati. Bukan sok alim dan sok pinter, tapi saling berwasiat kebaikan dan sabar adalah merupakan satu tangga menuju kesempurnaan iman yang tak akan rugi jika kita pertanggungjawabkan nanti, perihal waktu kita yang selanjutnya akan ditimbang manakah waktu yang digunakan untuk kebaikan, dan manakah waktu yang disia2kan belaka, apalaghi sampe digunakan untuk pembicaraan yang jelas menyimpang dari palang syariat. Naah, pada waktu ditimbang itu tentunya harapan kita, adalah bobot waktu dengan aktivitas baik yang berat bukan???sehingga kita masuk dalam kategori orang2 dalam kehidupan yang diridloiNya disurga dan juga dunia. Bukan sebaliknya, dihinakan oleh Alloh di akhirat kelak, wal iyadzu billah

Sekiranya demikian sajalah, takut terlampau panjang jika diteruskan..

Mohon maaf

Walhamdulillah

Sri susuhunan

Kasuhunan magelang hadiningrat

L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar