RISALAH SRI SUSUHUNAN MAGELANG HADININGRAT
KEPADA
LUTFI PUTRA SYARIFUDIN PUTRA SAHAK PUTRA JAMAL AL-BANJARI
Assalamu’alaikum wr wb
Kados pundit pawartosipun dimas Lutpi????
(apa kabarmu ya lutpi- kaifa halak ya lutpi?)
Sedikit ane menulis hal2 tentang bahasa jawa yang ane masih terngiang atas nya.
ahasa Jawa adalah bahasa yang menjunjung tinggi pola penghurmatan terhadap siapa saja, Sehingga ditemukanlah beberapa tingkatan bahasa dalam penggunaannya. Hal ini dapat di temukan dalam berbagai dialog antar person di lingkungan jawa tentunya. Anta bisa dengan mudah menemukannya di daerah yang masih kental dengan nuansa kejawaanya, missal Jogja – magelang (Rp.7.000,- aja kok..hehee ). Di sana masyarakat umumnya masih memakai kaidah2 bahasa yang sesuai dengan sintaksis jawa.
Beberapa tingkatan dalam sintaksis jawa yang ane tahu antara lain :
- bentuk biasa/ bahasa kebiasaan / kasar/ pasaran/ NGOKO: yaitu bahasa jawa yang cenderung kasar, namun tidak meninggalkan estetika / rasa hurmat yang diajak bicara. Lugat ini dipakai antara teman sebaya yang telah biasa/ kenal, dan orang di bawah kita (status social atau usia dsb). Misal seorang kakak akan memakai lughat ini ketika bicara dengan adiknya, seorang juragan akan memakai lughat ini ketika bicara dengan bawahannya, dsb. Contoh “ Dhimas, tulung aku jupukke keris kuwi” (adik, tolong aku diambilkan keris itu), “Pak kardiman, bapak njaluk digawakke keris kuwi” (pak Kardiman/ pembantu, bapak minta dibawakan keris itu)..dsb
- bentuk sedang / kromo madya : tingkatan bahasa yang lebih halus dari pada ngoko. Dan biasanya menggunakan kata2 yang halus untuk yang dihurmati. Misal “Pak kardiman, bapak dhawuh menawa ana Rudi supaya di kon mlebu wae”..Pak kardiman, bapak tadi perintah, kalau ada Rudi agar langsung disuruh masuk”..di sini unsure yang di hurmati adalah bapak. Lagi “Mas, Panjenengan wingi lhak wes dhahar roti tho?”...Mas, kamu kemaren khan udah makan roti kan?...kata Panjenengan dan dhahar adalah halus, karena digunakan untuk Mas, lebih dituakan/ dihurmati.
- Bentuk kromo inggil: dalam lughat ini digunakan istilah krama semua, namun tetap memperhatikan kaidah/ sintaksis ketata bahasaan. Misal “Kala wingi bapak mboten tindak dhateng peken kok”..kemaren bapak ga pergi ke pasar kok....bandingkan “kala wingi dimas mboten kesah dhateng peken kok” ... ”..kemaren adik ga pergi ke pasar kok.....kata “tindak dan kesah punya satu arti, tapi penggunaannya beda,,,,,,hati2 kalau ngomong jawa. Banyak wong jawa sendiri tidak paham lho....Ntar dikira menghina....
- Bentuk jawa kawi : lughat ini hanya kalangan tertentu saja yang mengerti dan menggunakannya. Bahasa yang digunakan sangat sastrais ,,,,biasanya kalangan pedhalangan, atau para juru paniti laksana/ pranata cara, dsb. Misal : “Sura dira jaya ningrat lebur dening pangestuti” artinya kekuatan , keangkuhan, kewenang2an akan hancur oleh kebaikan/ kesabaran/ doa”.....atau semboyan Dep.KEu sendiri “Nagara Dhana Raksa”....artinya Pengelolaan Harta Keuangan Negara....
Nahh, selamat mempelajari bahasa jawa....silahkan mencari literartur atau sarananya...Met berjuang moga2 berhasilll. Wassalamu’alaikum wr wb
L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar